Sejak
kecil pesan utama yang sering diberikan oleh Ibu guru saat disekolah adalah “jangan lupa sarapan yah anak-anak” biar
tetap sehat dan kuat saat belajar, bahkan pesan ini masih berlaku loh sampai
sekarang.
Pesan
pentingnya sarapan ini paling sering disampaikan oleh guru TK, sayangnya saya
sendiri gak ikut TK hahaha, jadi biasanya cuman denger guru tk aja ngomong
kayak begitu, jadi pesan perlunya sarapan ini saya terima dari guru kelas 1
saat mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyahh (MIS) Labakkang.
Bagi
anak sekolah usia SD hingga SMP bahkan sampai SMA malah sampai sekarang pun sebenarnya
urusan sarapan ini yang paling sering diingatkan oleh Ibu tercinta dirumah
kalau bukan nasi goreng yah nasi putih dengan lauk telur dadar goreng atau
telur mata sapi yang mengugah selera tapi, terkadang juga sebahagian keluarga khususnya
nih di kampungku Tarusang Labakkang kadang menyajikan sarapan tanpa nasi melainkan
memilih menyajikan sarapan berupa kue tradisional seperti putu cangkiri,
panada, donat, roti goreng dan yang paling kekinian bagi keluarga perkotaan yang
cukup modern plus kaya bak sinetron-sinetron di tv sana adalah menikmati sarapan
dengan roti tawar yang di bakar lalu dicampur selai coklat, durian dan meses
sesuai dengan selera dah pokoknya, dinikmati bersama segelas susu, teh atau
kopi, meskipun sebenarnya harga roti tawar tak bermerk itu tidak mahal-mahal
amat, lima ribu mah dapat kita dan bukan hanya orang kaya sih yang bisa makan
ini wkkwkw.
Nah,
pertanyaannya sekarang apakah menu sarapan para pembaca sekalian setiap harinya
di rumah ? atau jangan-jangan para pembaca kita ini karna sudah besar malu
untuk sarapan pagi yah ? hayooo....?
Keluarga
saya sendiri di rumah memilih sarapan non beras alias bukan nasi, kalaupun
sarapan nasi masih bisa di hitung dengan jari dalam sebulan paling dua kali
biasanya pun jika Ibu mau “pamer” kalau lagi banyak lauk atau nasi semalam
masih bersisa kemudian di sulap menjadi nasi goreng supaya bisa kami nikmati
bersama, meskipun kebiasaan kami makan kue adalah sarapan utama.
Yah,
sejak puluhan tahun silam kami sekeluarga memilih sarapan dengan kue
tradisional yang dijual oleh Tante Lija di kampung tak jauh dari rumah. Beliau
sudah menjual kue pas jaman saya masih ingusan di bangku SD, telah menjual
aneka kue tradisional seperti yang saya katakan tadi di awal ada kue putu ambon,
putu cangkiri, putu yang dibungkus pakai daun, burangasa dan banyak aneka rupa
kue deh yang bisa dinikmati bersama teh, susu atau kopi. Sejak usia sekolah
dasar hingga menengah saya lupa berapa kali saya menikmati sarapan dengan roti
tawar, entahlah tapi itu pernah dan roti tawar saat itu mah gak di bakar yah,
makan begitu saja yang penting saat itu mah yang penting kekinian.
Okay
sekarang saya akan bahas khusus sarapan dengan roti bakar khas “pammuttu” ini,
pasti kalian penasaran khan. Apaan yah ini roti bakar pammutu hahaha.
Jadi
begini, beberapa waktu lalu tepatnya tahun ini sih karena Ibu di rumah sudah
begitu lihai membuat kue seperti panada, roti goreng dan donat maka sarapan kue
ini tidak lagi harus membeli di warung dekat rumah tadi, malah Ibuku karena
hobby sekali bikin kue dan punya warung kelontong di rumah, jajanan seperti kue
dianggap penting, kira-kira sepenting mengerti dan memahami kebutuhan warga di
kampung yang ingin agar kue-kue ini tetap ada saat dicari, maka ibuku pun
berinisiatif selain untuk di makan bersama keluarga saat sarapan pagi,
selebihnya dijual di warungnya dan warung langganan kue kami sejak dulu sesuai
permintaan, cieee.
Nah
karena kemampuan Ibuku membuat kue pun sudah diakui oleh sejumlah pembeli di
kampung hingga saat ini, akhirnya ibuku sudah mulai menerima catering kecil-kecilan
untuk pesanan kue, pesanannya sebenarnya kebanyakan dari teman atau komunitasku
haahahaha. Disisi lain saya pun mengakui kalau kue khususnya panada dan roti
goreng buatan ibuku mantap sekali. Tak jarang saya rela menunggu hingga ibu
selesai menggorengnya usai sholat subuh, kalau makan panas-panas dengan teh di
pagi hari rasanya enak banged sebelum berangkat kerja.
Saya
sendiri bisa makan 4 sampai 5 biji deh tuh kue Ibu hehehe. Kadang juga karena
sudah bosan barulah aku makan roti tawar bakar khas “pammuttu” ini.
Yup,
Roti Bakar Khas Pammuttu ini adalah roti tawar yang seharusnya dibakar dengan
alat yang semestinya, itu loh alat kalau di sinetron-sinetron pas di bakar,
jika sudah mateng roti ini akan loncat sendiri. Apa sih yah nama alatnya itu,
gak faham saya pokoknya ada alatnya deh, dan saya yakin kalian tahu yah yang
saya maksud.
Rasanya
gak enak adja menikmati roti tawar kalau gak dibakar, padahal saya khan bisa
bakar jerami ajah kali yah wkwkkwkw. Nah karena dirumah belum ada alatnya
tentulah menggunakan alat tradisional sing penting mah ini roti panas dan bisa
di buat layaknya roti bakar yang sering saya beli di cafe atau warkop
langgananku saat nyari wifi. Jadilah,
ide membakar roti ini diatas wajang (baca: Pammuttu)
di bolak balik hingga mateng dan berwarna coklat, lalu ditengah roti dikasi
susu coklat atau selai berbagai rasa sesuai dengan selera, nah aku suka coklat
dan sesaat kemudian jadi deh ROTI BAKAR
KHAS PAMMUTTU ini. Gak kalah deh pokoknya dengan roti bakar yang dijual di
luaran sana, karena saya sendiri sudah membuktikannya, ibuku, ayahku dan
kucing-kucing kesayanganku pun sangat menyukainya. Kemungkinan roti yang dibuat dari Pammutu ini baru ada di Pangkep hehehe.
Jadi,
pastikan mencoba sarapan dengan roti bakar khas pammutu yah, rasanya mantap
harganya hemat dan biayanya murah meriah. Selamat Mencoba yah di rumah !
0 komentar:
Posting Komentar